IMG-20250909-WA0011
“Refleksi Pelaksanaan ANBK” Tantangan dan Manfaat dari Perspektif Siswa

“Refleksi Pelaksanaan ANBK” Tantangan dan Manfaat dari Perspektif Siswa

Pendidikan merupakan fondasi utama kemajuan sebuah bangsa. Untuk memastikan kualitasnya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merancang sebuah program evaluasi sistemik yang dikenal sebagai Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Program ini tidak bertujuan untuk mengukur prestasi individu siswa, melainkan untuk memetakan dan menilai mutu sistem pendidikan di setiap satuan pendidikan. Dengan tiga instrumen utama—Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk literasi dan numerasi, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar—ANBK diharapkan mampu memberikan gambaran utuh yang mendorong perbaikan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.

Pelaksanaan yang Lancar dan Perspektif Peserta Didik

Di SMP Negeri Matpunu, pelaksanaan ANBK pada 20-21 Agustus 2025 berjalan dengan lancar. Keberhasilan ini didukung oleh infrastruktur yang memadai, mulai dari jaringan internet yang stabil hingga ketersediaan perangkat komputer dan Chromebook yang cukup untuk seluruh peserta yang terbagi dalam tiga sesi. Kelancaran teknis ini menjadi modal penting bagi siswa untuk dapat fokus mengerjakan asesmen dengan maksimal.

Pengalaman para siswa yang mengikuti ANBK memberikan sudut pandang yang kaya mengenai proses ini. Angela R. Sunabu, seorang siswi kelas 8, menyoroti variasi tingkat kesulitan soal. Menurutnya, soal-soal tersebut menuntut konsentrasi penuh, terutama karena banyaknya teks panjang yang harus dipahami dalam durasi waktu yang singkat. “Terkadang teks yang panjang juga menjadi salah satu kendala karena harus berebutan dengan waktu,” ujarnya. Meskipun demikian, Angela merasa senang mendapat kesempatan ini dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasinya agar lebih efisien dalam mengelola waktu.

Menemukan Peluang dalam Tantangan

Senada dengan Angela, Dea Natali Beti menggambarkan soal-soal ANBK sebagai sesuatu yang “sulit-sulit gampang” namun menyenangkan. Ia melihat tantangan ini sebagai sesuatu yang menarik karena melatih kemampuan berpikir kritis. Dea membagikan strategi efektifnya dalam menghadapi teks panjang, yaitu dengan membaca soal terlebih dahulu sebelum mendalami teksnya. “Agar memudahkan konsentrasi kita  jadi saat baca teks dan sudah menemukan jawaban maka tidak perlu membaca teks berulang-ulang kali,” jelasnya. Pengalaman ini membuatnya bersyukur karena mendapatkan ilmu tambahan dan latihan konsentrasi yang berharga.

Di sisi lain, Maria T. Repe berpendapat bahwa soal-soal ANBK pada dasarnya tidak sulit, namun tantangan utamanya terletak pada panjangnya teks yang membuat siswa harus “berpacu dengan waktu”. Baginya, ANBK adalah ajang untuk melatih kecepatan dan ketepatan dalam berpikir. Ketiga siswi ini secara kompak menyatakan bahwa bagian termudah dari asesmen adalah Survei Karakter. Maria menjelaskan alasannya, “karena itu pertanyaannya berkaitan dengan karakter kita sehari-hari, saya menentukan sesuai dengan apa yang saya lakukan dan saya alami.” Hal ini menunjukkan bahwa instrumen Survei Karakter berhasil merefleksikan pengalaman personal siswa dengan baik.

Berdasarkan rangkaian pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa Pelaksanaan ANBK di SMP Negeri Matpunu menjadi cerminan bahwa program ini lebih dari sekadar asesmen. Meskipun tantangan seperti manajemen waktu dan pemahaman teks panjang menjadi catatan penting, para siswa justru melihatnya sebagai sebuah pengalaman yang positif dan membangun. Mereka tidak hanya diuji, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, berkonsentrasi, dan lebih efisien. Pada akhirnya, ANBK berhasil memotivasi siswa untuk terus mengembangkan kompetensi literasi dan numerasi, sejalan dengan tujuan utamanya untuk mendorong perbaikan kualitas pendidikan secara menyeluruh, baik bagi sistem maupun bagi individu yang terlibat di dalamnya. Terima kasih,

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait